INDOPOL MEDIA, MUARA TEWEH – Direktur RSUD Muara Teweh, Tiur Maida, menyampaikan kondisi memprihatinkan yang dihadapi rumah sakit yang dipimpinnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama DPRD Barito Utara, Senin (11/8/2025).
Tiur mengungkapkan, RSUD terpaksa mengandalkan dana BLUD sepenuhnya karena tidak mendapat dukungan APBD tahun 2025. Padahal, kebutuhan obat-obatan dan bahan habis pakai (BHP) terus meningkat.
“Pengeluaran untuk obat sudah melewati 30% dari biaya operasional yang ditetapkan. Kalau situasi ini dibiarkan, kami khawatir RSUD Muara Teweh bisa tutup,” ujarnya tegas.
Selain masalah obat, Tiur juga menyoroti meningkatnya pasien Hemodialisis (HD) yang justru menambah beban operasional rumah sakit. “Defisit mencapai Rp200–300 ribu per pasien HD,” jelasnya.
RSUD Muara Teweh mengelola anggaran sekitar Rp40–54 miliar per tahun, dengan beban tambahan pengurangan gaji non-ASN sebesar Rp8,5 miliar. Kondisi itu membuat operasional semakin berat.
Tak hanya soal obat dan biaya, Tiur juga mengeluhkan:
-
Fasilitas parkir yang masih dikelola pihak ketiga, ia berharap bisa ditangani APBD.
-
Kondisi gedung yang rapuh, plafon rembes, hingga toilet tidak memadai.
-
Keterbatasan tenaga medis, meski pihaknya terus berupaya menarik dokter spesialis baru.
“Dari luar gedung rumah sakit tampak megah, tapi dalamnya sangat memprihatinkan. Untuk perbaikan besar, kami butuh dukungan APBD,” ujarnya penuh harap.
Tiur menegaskan, dukungan DPRD sangat penting agar RSUD Muara Teweh tetap mampu memberikan pelayanan optimal bagi masyarakat.
“Jika fasilitas dan operasional diperbaiki, pelayanan kita akan lebih baik. Ini bukan hanya demi rumah sakit, tapi juga nama baik Kabupaten Barito Utara,” pungkasnya. (SP)
