Oleh: Arum Spink, S.HI., C.STMI
SEORANG majikan memecat seorang karyawannya karena dituduh mencuri dan mebawa harta milikinya. Padahal hartanya habis di meja judi.
Tahu dipecat karena dituduh mencuri, warga sekitar pun mengucilkannya. Tak ada satupun yang menyapanya.
Akhirnya dia memilih berdiam diri di dalam rumah saja dan akhirnya sakit. Kabar sakitnya yang semakin parah pun terdengar oleh bekas majikannya.
Sang bekas majikan pun memilih menemui bekas karyawannya. Ia mulai dihantui rasa bersalah, karena ulahnya menuduh dan menfitnah bekas karyawannyanya tersebut secara keji.
Saat ditemui, bekas karyawannya ini siap memaafkan asalkan bisa memenuhi syarat yang dia berikan.
Bekas majikan ini pun menyanggupinya.
“Ambillah bantal ini, bawa ke ketinggian lalu robek bantalnya dan keluarkan semua isi kapuknya lalu hamburkan biar diterbangkan oleh angin” kata sang mantan karyawan.
Syarat itupun dilakukan oleh sang mantan majikan. Dia pun kembali kemudian bertanya syarat berikutnya.
Sang bekas karyawan pun memberikan syarat yang ke dua. “Kembalila ke tempat semula lalu kumpulkan lah kembali semua kapuk isi bantal yang dihamburkan tadi,” katanya.
Mendengar syarat itu, sang bekas majikan pun langsung tertunduk malu. Dia menangis dan menyesali perbuatannya.
Pembaca yang budiman, betapa dahsyatnya dampak fitnah. Tak mungkinlah kapun yang diterbangkan angin kemudian dipungut lalu disatukan kembali.
Selain di dunia, di akhirah selalu ada balasan bagi orang yang menyebar fitnah atau berita bohong.
Rasulullah SAW bersabda; “Barang siapa menfitna saudaranya dengan tujuan mencela dan menjatuhkan kehormatannya, maka Allah akan menahannya di jembatan jahannam sampai dia bersih dari dosanya dengan siksaan itu”.
“Mari kita menjaga diri”
Wallahu Alam.
