INDOPOL MEDIA, MUARA TEWEH – Acara tanam cabai rawit dan cabai besar bersama yang digelar Dinas Pertanian dan TP PKK Barito Utara di lahan Kelompok Tani Sumber Makmur Desa Trinsing, Kecamatan Teweh Selatan, Jumat (1/8/2025), berlangsung penuh semangat.
Namun, di balik senyum dan tawa petani, terselip keluhan serius soal dampak aktivitas tambang PT EBA terhadap lingkungan.
Muslih, pemilik lahan 10 hektar, mengungkapkan keresahannya. “Air sungai kini keruh dan dangkal. Perikanan kami terganggu, lahan pertanian banyak yang tidur dan tidak produktif,” ujarnya penuh kecewa.
Keluhan serupa datang dari H Ambran, petani lainnya. Ia menuturkan, kekeringan makin menyulitkan mereka mengairi sawah, sementara saat musim hujan banjir justru menghancurkan tanaman. “Air sungai sudah sangat dangkal, kami kesulitan menyirami tanaman. Ketahanan pangan lokal jelas terancam,” katanya.
Menanggapi keresahan warga, anggota DPRD Barito Utara, Ardianto, menegaskan bahwa masalah ini tak boleh dibiarkan berlarut-larut.
“Dampak tambang PT EBA harus dievaluasi secara holistik. Jangan sampai petani makin terpuruk karena masalah lingkungan yang ditimbulkan,” tegas Sekretaris Komisi II DPRD Barut itu, Sabtu (2/8/2025).
Sebagai solusi jangka pendek, Ardianto mendorong pembangunan infrastruktur irigasi seperti embung untuk cadangan air. Ia berjanji akan mengawal agar pemerintah daerah turun tangan segera.
“Petani tidak boleh dibiarkan berjuang sendirian. Kami akan dorong pemerintah untuk memberi solusi konkret,” tambah Ketua Badan Kehormatan (BK) DPRD Barito Utara tersebut.
Masyarakat Desa Trinsing berharap suara mereka tak hanya didengar, tetapi juga ditindaklanjuti. Mereka menuntut kepastian keberlanjutan pertanian dan perikanan, agar sumber penghidupan tidak kian tergerus oleh aktivitas tambang. (SP)